Minggu, 10 April 2011

Tafsirul Qur'an

asalamu alaikum warohmatullah wabarokatu
kali ini kita bahas tentang Tafsirul Qur'an

Al-Qur’an dan As-Sunnah keduanya merupakan wahyu Allah Ta’ala, maka sama sekali tidak ada pertentangan di dalam keduanya. Oleh karena itulah memahami Al-Kitab dan As-Sunnah adalah dengan nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah sendiri. Karena pemi...lik perkataan paling mengetahui maksud perkataannya. Maka para ulama ... Lihat Selengkapnyamenyebutkan kaedah di dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an sebagai berikut: 1. Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
2. Tafsir Al-Qur’an dengan As-Sunnah
3. Tafsir Al-Qur’an dengan perkataan –perkataan para sahabat.
4. Tafsir Al-Qur’an dengan perkataan –perkataan para tabi’in.
5. Tafsir Al-Qur’an dengan bahasa Al-Qur’an dan As-Sunnah atau keumumam bahsa Arab. Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Jalan yang paling benar di dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah: • Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an. Karena apa yang Al-Qur’an menyebutkan dengan global di satu tempat, maka terkadang Al-Qur’an telah menje...laskan dengan luas di tempat yang lain. • Jika hal itu menyusahkanmu (yakni engkau tidak mendapatkan penjelasan ayat dari ayat lainnya-pen) maka engkau wajib menuju’ kepada As-Sunnah, karena ia merupakan penjelas Al-Qur’an… • Jika kita tidak mendapatkan tafsir di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, dalam hal ini kita menuju’ kepada perkataan para sahabat. Karena sesungguhnya mereka lebih tahu tentang hal itu, sebab mereka menyaksikan alamat-alamat dan keadaan-keadaan yang mereka mendapatkan keistimewaan tentangnya (yaitu hanya generasi sahabat yang menyaksikan turunnya wahyu, sebab turunnya, dan Rasulullah bersama mereka, sehingga mereka dapat menanyakan ayat-ayat yang susah difahami. Adapun generasi setelah sahabat tidak mendapatkan hal-hal di atas-pen) Dan karena para sahabat memiliki pemahaman yang sempurna, ilmu yang benar, dan amal yang shalih. Terlebih para ulama sahabat dan para pembesar mereka, seperti imam empat, yaitu Khulafaur Rasyidin, para imam yang mengikuti petunjuk dan mendapatkan petunjuk, Abdullah bin Mas’ud…juga al-habrul al-bahr (seorang ‘alim dan banyak ilmunya) Abdullah bin Abbas. • Jika engkau tidak mendapatkan tafsir di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan engkau tidak mendapatinya dari para sahabat, maka dalam hal ini banyak para imam menuju’ kepada perkataan-perkataan tabi’in, seperti Mujahid bin Jabr, karena beliau merupakan ayat (tanda kebesaran Allah) dalam bidang tafsir. Dan seperti: Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah maula Ibnu Abbas, ‘Atha bin Abi Rabah, Al-Hasan Al-Bashri, Masruq bin Al-Ajda’, Sa’id bin Al-Musayyib, Abul ‘Aliyah, Rabii’ bin Anas, Qatadah, Adh-Dhahhak bin Muzahim, dan lainnya dari kalangan tabi’in (generasi setelah sahabat), dan tabi’ut tabi’in (generasi setelah tabi’in)…(Perkataan-perkataan tabi’in bukanlah hujjah jika mereka berselisih), namun jika mereka sepakat terhadap sesuatu, maka tidak diragukan bahwa itu merupakan hujjah. • Maka jika mereka berselisih, perkataan sebagian mereka bukanlah hujjah terhadap perkataan sebagian yang lain, dan bukan hujjah atas orang-orang setelah mereka. Dan dalam hal itu kembali kepada bahasa Al-Qur’an dan As-Sunnah atau keumumam bahsa Arab atau perkataan para sahabat dalam hal itu. Adapaun menafsirkan Al-Qur’an dengan semata-mata fikiran (akal) maka (hukumnya) haram”. (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, Muqoddimah, 4-5).
ini saja dariku Tafsirul Qur'an semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar